Uncategorized

Rasa itu …

Visits: 215

Apakah rasa itu ?

Kamu tahu apa rasa itu ?

Kamu tahu apa rasanya ?

Suka ?

Kagum ?

Cinta ?

Atau apa …

Ahhh… rasa itu selalu saja datang tiba-tiba, tidak pernah memberitahu sebelumnya. Bahkan saat datang pun rasa itu tak pernah merasa perlu untuk mengetuk pintu atau  mengucap salam. Tahu-tahu, rasa itu sudah berada di dalam rumah hatiku …

Apakah rasa itu benar ?

Bagaimana jika rasa itu salah ?

Apakah rasa itu memang salah ?

Aduh… kenapa ini ?

Satu sisi hatiku ingin merasakannya, membuatku mengabaikan nurani, tapi disisi hatiku yang lain … melarangku untuk mendekat dan merasakannya.

Rasa itu memang sudah  “Mewarnai Dinding”  hatiku dengan  warna-warna pastel yang lembut. Bahkan melukis hatiku dengan beragam gambar dan kenangan indah itu.  Ada senyumannya, ada matanya, ada canda tawanya dan semuanya membuat langit malamku semakin berbintang.

Apa ini … rasa ini menggelitik, apakah aku Rindu dan kangen untuk bermain dengan rasa itu yang  selalu punya hadiah kejutan. Rasa Dibutuhkan, Diperhatikan, Percaya, Kesabaran, Aman, Nyaman, Pengertian, Ketenangan, Kedamaian, Tawa, Pujian, Semangat, Mimpi, Harapan. Tapi rasa  yang terbesar dan tercantik dari segalanya adalah Bahagia.

Rasa  yang terakhir yang kusuka, karena ia selalu berhasil membuatku merasa menjadi wanita tercantik, terpintar, terhebat, dan paling luar biasa di dunia. Dan rasa  itu selalu berhasil membuatku  merasa begitu berharga.

Tapi ada kalanya, rasa itu  juga memikul bungkusan-bungkusan hitam berisi Marah, Kecewa, Cemburu, Posesif, Pengkhianatan, Sakit, hingga berujung pada Pertengkaran karena ada  Curiga, Egois, Keras Kepala, Kekanak-kanakan, Pengecut, Dusta, Kata-kata Menyakitkan, Sikap Dingin, dan Luka. Tak hanya itu, selalu ada berember-ember air mata karenanya.

Meski begitu, toh ada kalanya rasa itu tetap harus pergi menghapus semua lukisan warna-warni di dinding-dinding ruang hatiku dengan warna abu-abu yang kusam. Tak peduli berapapun kerasnya diriku berteriak, dan menangis memohonnya tinggal,  rasa itu  akan tetap bersikeras pergi.

Saat-saat seperti itulah Waktu akan bersikap sangat bersahabat padaku. Dengan sabar dan penuh pengertian, ia akan membantuku  bangkit saatku jatuh, menghapus air mataku, dan menemani  di malam sunyi  saatku sesak napas.  Waktu akan mengelusi dada dan punggungku selama berjam-jam lamanya.  Sampai aku terlelap karenanya… .

Waktu akan terus menemaniku,  mengajariku  tertawa dan bersenang-senang, belanja, nonton film, menulis sepanjang hari, bermain-main keliling dunia dan bertemu  orang baru. Kata Waktu, mungkin dari merekalah aku bisa kembali menemukan Cinta. Untuk kemudian, kembali bersahabat dengannya.

TV journalist, traveler, writer, blogger, taekwondo-in and volunteer. Bookworm, coffee addict, chocolate and ice cream lovers

9 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Translate »
HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com