Sempet bingung juga mo nulis seperti apa, ini judulnya juga rada aneh, Profesionalitas Versus Iri Hati. Sebenarnya ini berlaku pada diriku, sebagai seorang jurnalis, sebagai seorang Ketua suporter cewek (Sriwijaya Mania Sumsel Girls Community) dan sebagai manusia biasa.
Karena menjadi seorang jurnalis memang dituntut untuk harus selalu profesional, dan aku sudah berusaha untuk melakukan hal tersebut. Dan sebagai Ketua SMS Girls Community, aku berusaha untuk tidak pernah mencampur adukkan permasalahan liputan dengan komunitas suporter Sriwijaya FC tersebut.
Sebagai manusia, aku tetap manusia biasa, yang tentunya punya banyak kesalahan. Dan akhirnya ada yang protes karena amanah sebagai ketua yang aku pegang, menimbulkan pro kontra. Sebelumnya teman – teman di PALTV selalu bilang , jangan terlibat dengan satu kelompok suporter secara personal, dan ada dalam komunitas tersebut. Tapi aku akhirnya tetap menerima tawaran yang sudah 1 tahun lamanya datang ke aku.
Dan kemarin, Selasa 15 Juli 2008, aku mendapatkan kabar dari Benny , salah satu crew Produksi, yang mengatakan jika Singa Mania Indonesia – versi Qusoy akan menyerbu PALTV, aku langsung marah, kenapa?? Emang salah kita apa, dan ujungnya kesalahan mengerucut ke aku, karena saat hasil penayangan di PALTV untuk liputan pertandingan Sriwijaya FC vs Persipura, mereka bilang yang paling banyak disorot adalah Singa mania Ujang dan Sriwijaya Mania Sumsel.
Dan mereka bilang aku tidak profesional karena aku menjabat Ketua Sriwijaya Mania Sumsel Girls Community, dan mereka memaksa aku untuk turun dari jabatan tersebut. Aku marah, kecewa dan tersinggung, karena setelah aku hitung – hitung, dari liputan Singa Mania Ujang, dan Sriwijaya Mania Sumsel – komunitasku, lebih banyak liputan Singa Mania Qusoy.
Aku tak pernah hitung – hitungan untuk liputan, Aku menelpon Qusoy, untuk meminta konfirmasi , telepon ku direject semua. Dua jam kemudian aku mendapat telepon dari Kenyeng – Panglima Singa Mania Indonesia.
Karena sempet adu ngotot dan benar, akhirnya percakapan kita berhenti, karena mereka tetap menyalahkanku, dan tetap dengan niat semula. Aku berkata, aku marah , tersinggung dan kecewa kepada mereka, karena mereka tidak tahu berterima kasih.
Tapi lagi – lagi manusia, selalu merasa ingin benar sendiri, akhirnya aku menelpon Qusoy, kali ini dia mengangkat telpon , awalnya nadanya masih rendah, namun lama – lama tinggi dan ujungnya memaki diriku, karena ketidakprofesionalanku dimata mereka.
Kalo aku boleh jujur, mereka yang tidak profesional, mulai dari pecah dari The Real Singa Mania, membuat heboh dengan ngambek saat launching tim PS Palembang, dan beragam kasus lainnya. Untungnya telepon itu dispeaker-in jadi aku tidak perlu sakit telinga mendengarkan teriakannya.
Namun akhirnya kesabaranku hilang, aku menonaktifkan speaker, namun ternyata suara sudah berubah, Firdaus mantan Presma Universitas Muhammadiyah Palembang, civitasku, menggantikan Qusoy, dan mengklarifikasi semuanya, tidak ada istilah serbuan ke PALTV.
Aku hanya berkata, mereka orang berorganisasi, dan pucuk – pucuk pimpinan, selayaknya mereka lebih bisa bijak menyikapi sesuatu termasuk untuk meredam massanya. Dan karena aku ingin memberikan niat baikku, aku mengajak mereka bertemu, berdialog, dan bertatap muka, aku mengajak mereka bertemu di PALTV, sayang mereka tidak mau, dan mengajak aku bertemu di luar, tapi hingga kini tak ada telepon dari mereka.
Aku bingung kenapa ditengah usahaku untuk bersikap adil, tetap saja ada yang menilai aku tidak adil, padahal aku sudah begitu banyak pro ke mereka. Sayang sekali, terlalu banyak orang di dunia ini yang tidak tahu bagaimana berterima kasih, dan hanya bisa menuntut, tanpa melihat diri sendiri. Apakah mereka sudah baik atau belum.
Semua temanku mendukungku, karena mereka bisa besar dari media, namun juga bisa hancur dari media. Seluruh teman menjagaku, namun aku tidak takut, sekalipun hal terburuk terjadi kepadaku, karena nyawaku milik Allah.
Aku suprise melihat mereka begitu sayang dengan aku, karena seujung rambutku disentuh, perang pun dimulai…. duh teman mungkin tidak seperti itu, karena hubungan tidak sampai disini saja.
Pelajaran besar untuk diriku…. antara profesionalitas dan iri hati , sangat dekat sekali.