Memberi Kesempatan

Banyak hal yang tak bisa dipaksakan, sama seperti hatiku yang tidak bisa kupaksa untuk menerima seorang laki – laki, setelah aku putus dari orang yang pernah berhubungan denganku 7 tahun lamanya.

Namun ternyata aku sadar, aku harus memberikan kesempatan untuk hatiku, menerima seseoarang , dan mencairkan kebekuan hati ini. Dan kesempatan itu haruslah datang dari kedua belah pihak, tidak hanya dari orang yang dekat denganku saja, tapi juga dari hatiku sendiri.

Cukup lama aku menyadari bahwa pengalaman merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri kita, aku pun terus menghitung berapa banyak kenangan yang kujalani, namun aku tidak sadar, ternyata aku sudah lupa berhitung tentang waktu yang telah kusia-siakan untuk seseorang yang begitu menyayangi kita apa adanya.

Cinta jangan selalu ditempatkan sebagai iming – iming besar, atau seperti ranjau yang tahu – tahu meledakkanmu – entah kapan dan kenapa. Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikutkan di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan…. karena cinta adalah mengalami [kutipan dari Filosofi Kopi – Dee]

Dan sepertinya aku pun menyadari, aku harus memberikan kesempatan untuk diri sendiri, tanpa menghakimi dan menerima dia, yang telah berani menerimaku apa adanya.

12 thoughts on “Memberi Kesempatan”

  1. πŸ™‚ betul sekali mbak.. tanda mengerasnya hati adalah saat diri tak bisa merasakan cinta orang di sekeliling kita.. πŸ™‚ gmn sih biar bisa merasakan hal itu? yah dengan membuka hati πŸ™‚ untuk terus berbagi dan menebar manfaat, agar semua orang jg bisa ngerasain cinta yang kita berikan..
    wah.. postingan barunya langsung mengguncang dunia πŸ™‚ ditunggu tulisan berikutnya.. πŸ˜€

    Reply
  2. POHON PEMBAWA DUKA
    (untuk dia yang menanti)
    –joko sutrisno

    hujan telah berhenti
    langit pun sudah cerah kembali
    sudahlah, segera lipat payung jingga mu
    pelangi akan lebih indah bersama awan
    apa kau tak merasa malu
    mentari terbahak melalui pancaran itu
    ya…
    ia akan terus terkekeh menertawai mu
    bangunlah rumah dari rumput hijau
    jangan kau toleh lagi pohon besar itu
    aku tahu…
    hikayat pohon besar pembawa harap palsu
    pohon itu lah yang sedari tadi melindungi mu
    tapi ia kan tak memberimu kedamaian firdaus
    kau pun dirasakan sama olehnya
    malah saqor membara yang ia rasa darimu
    apalagi yang kau harap darinya
    toh… kau tak bisa memilikinya
    aku hanya berharap bisa melipat payung jinggamu
    dan tegas berlari menjauhi pohon besar itu

    (jakarta, 21 februari 2008)
    —-
    yang ini la pernah lum ye
    maklum be lum biso muat
    sajak cinto-cintoan.
    anggep be sajak reformasi ini
    jadi sajak cinto

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Translate Β»
HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com