Dari museum kata Andrea Hirata perjalanan kami lanjutkan menuju rumah Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Cahaya Purnama atau akrab yang disapa Ahok. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Cahaja Purnama atau akrab disapa Ahok menjadi sangat fenomenal. Karena Ahok adalah orang tionghoa pertama yang berhasil menduduki posisi penting di pemerintahan.
Kami melakukan tur ke rumah orangtuanya Ahok yang luasnya mencapai satu hektar. Rumah keluarga Ahok terletak di Desa Gantong Belitung Timur, Bangka Belitung. Rumah yang didominasi warna merah muda itu terlihat sangat menonjol jika dibandingkan dengan rumah-rumah penduduk di sekitarnya.
Rumah dua tingkat itu memiliki banyak ruangan multifungsi mulai dari penginapan hingga sanggar PKK. Rumah yang kini ditempati oleh sang ibu Buniarti Ningsih dan adik Ahok, Bupati Belitung Timur Basuri Cahaya Purnama memiliki beberapa sudut dan ruangan seperti bar mini dan sebuah ruang serbaguna yang luas.
Di lantai dua terdapat ruang pertemuan yang kerap digunakan untuk acara partai maupun halalbihalal. Di sampingnya terdapat pendopo yang luas saking luasnya pendopo tersebut kerap menjadi tempat warga gantong menonton bola bersama. Seringnya listrik padam di kecamatan Manggar tidak menjadi masalah sebab keluarga Basuki memiliki genset.
Namun kini aktivitas nonton bareng pertandingan sepak bola itu sudah tidak lagi dilakukan. Ruang luas tersebut dialihfungsikan sebagai galeri batik simpor. Galeri tersebut dimanfaatkan oleh ibu-ibu PKK untuk membuat kerajinan khas Belitung Timur berbagai kerajinan sudah dihasilkan seperti suvenir batik baju dan lain-lain.
Kami pun beruntung bisa langsung berbincang dengan orang tua Ahok, Buniarti Ningsih bahkan pemilik Jayaraya Solutions langsung menjadi presenter dadakan mewawancarai wanita yang berhasil mendidik anak-anaknya menjadi pemimpin negeri tersebut.
http://instagram.com/p/jCEMfJF-UR/
Karena sudah berkunjung ke Belitung Timur kami menyempatkan datang ke Vihara Dewi Kwan Im di Desa Burong Mandi Damar. Banyak orang mengunjungi vihara yang sudah berumur ratusan tahun untuk meminta diramal nasibnya atau ciam si. Sebutkan nama asal serta hal yang dimohon lalu merapalkan doa di depan altar Dewi Kwan Im sembari mengocok tabung berisi puluhan batang kayu bernomor. Setelah ada sebatang yang jatuh lalu lemparkan dua perunggu berbentuk kerang dan beberapa koin china kuno yang terhubung dalam tali merah.
Saat dilempar bila posisi kerang jatuhnya berbeda satu tengkurap dan satu terbuka, artinya dewa mengiyakan nomor tersebut namun bila posisi dua kerang itu sama-sama tertelungkup atau terbuka harus mengulang ritual dari awal sampai kerang perunggu itu memberi isyarat jatuh dengan posisi yang berbeda. Setelah mendapat nomor dari potongan kayu yang jatuh lalu kita akan diberikan secarik kertas bertuliskan syair berbahasa mandarin dari rak bernomor sesuai yang tertulis di bilah kayu. Di balik tulisan mandarin itu ada juga terjemahan bahasa indonesia kalimat dalam kertas ciam si tersebut akan diinterpretasikan sesuai permohonan pengunjung.
Dari Vihara dewi kwan im perjalanan dilanjutkan dengan berburu oleh-oleh di kota Tanjung Pandan. Hujan masih mengguyur kota Belitung kami pun dimanjakan dengan aneka jenis oleh-oleh baik dari makanan dan t-shirt hingga souvenir khas Belitung.