Sebagai kota tertua di dunia, Palembang memiliki sejarah panjang. Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat peradaban karena para pedagang dari Tiongkok, Arab, Jepang India maupun Melayu berlabuh di Palembang. Karena hal itu, banyak pedagang-pedagang tersebut berlabuh dan menetap di Palembang. Sehingga banyak sekali peninggalan yang menjadi bukti sejarah, jejak mereka di kota pempek. Sebut saja Kampung Arab, di Palembang saja ada beberapa kampung Arab, seperti Kampung Arab Al Munawar 13 Ulu, Kampung Arab Assegaf 16 Ulu ataupun Kampung Arab Kuto 10 Ilir Palembang.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap Kampung Arab Al Munawar 13 Ulu ini, Minggu, 24 Januari 2016 dilakukan kegiatan bakti sosial kebersihan. Mulai dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Pemerintah Kota Palembang, Ikatan Bujang Gadis, Netizen Palembang yang menjadi relawan Wonderful Sriwijaya, hingga mahasiswa KKN dari Universitas Muhammadiyah Palembang bersama masyarakat Kampung Al Munawar bahu membahu memberikan sampah dan enceng gondong yang berada di sekitar lokasi perumahan kampung Al Munawar.
Palembang adalah kota sungai bahkan sejak dulu Palembang dikenal sebagai Venizia dari Timur. Namun sayang potensi pariwisata Sungai tidak maksimal. Sungai Musi masih belum bisa menjadi wisata andalan di Palembang. Hingga kini Sungai Musi belum bersih dari sampah dan enceng gondong. Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke Sungai kerap membuat tumpukan sampah di beberapa titik di Sungai Musi.
Sehingga dengan adanya kegiatan bersih-bersih di Sungai Musi khususnya di Kampung Al Munawar 13 Ulu ini akan membuat Sungai Musi maupun Kampung Al Munawar menjadi bersih. Selain itu kegiatan ini juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai Sungai Musi yang akhirnya tidak membuang sampah ke Sungai.
Kebersihan di Kampung Al Munawar ini sendiri dimulai sejak pukul 7.30 pagi dipimpin langsung oleh Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Irene Camelyn Sinaga. Seluruh sampah yang dikumpulkan di Sungai diangkut menggunakan kapal. Petugas pun dengan sigap langsung terjun ke dalam sungai musi untuk mengambil sampah dan enceng gondong yang sulit dijangkau.
Selain membersihkan sampah di Sungai Musi, peserta bakti sosial juga membersihkan sampah dan rumput liar yang ada di kawasan lingkungan Kampung Arab Al Munawar. ASITA Sumsel menilai kawasan kampung arab ini bisa menjadi zona kunjungan wisatawan namun masih banyak hal yang perlu diperbaiki.
Apalagi Palembang akan menjadi tuan rumah Karnaval Khatulistiwa yang akan digelar 17 Agustus 2016 mendatang. Berbagai jenis perahu termasuk perahu hias akan melintasi Sungai Musi. Sehingga butuh kerja keras dari seluruh pihak, agar Sungai Musi menjadi bersih dari sampah, baik sampah rumah tangga ataupun enceng gondok.
Jejak Sejarah di Kampung Arab Al Munawar
Untuk melestarikan keberadaan Kampung Arab khususnya Kampung Arab Al Munawar 13 Ulu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan mengajak ASITA (Asosiasi Biro Pejalan Indonesia) Sumsel, PHRI Sumsel maupun Dinas Pariwisata Kota Palembang, untuk melihat langsung potensi pariwisata Seni dan Budaya di Kampung Arab ini. Pasalnya di Kampung Arab memiliki nilai sejarah yang tinggi, hal ini terlihat dari rumah-rumah yang berusia lebih dari 300 tahun dan masih bediri tegak di bumi Sriwijaya.
Kampung Al Munawar yang terletak di kawasan 13 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu, Kota Palembang, Indonesia, Kota Palembang, Palembang adalah potensi wisata seni dan budaya. Kampung Al Munawar memiliki ciri khas perkampungan tua di kota Palembang yang berada di tepian Sungai Musi.
Di kompleks Al Munawar ini, terdapat sekitar delapan rumah yang usianya diperkirakan diatas 300 tahun. Habib Abdurrahman Al Munawar menjadi pemukim pertama yang ada di kawasan 13 ulu dan mendirikan Rumah Tinggi sekitar tahun 1700.
Selain itu ada juga rumah kembar laut yang menghadap Sungai Musi yang juga memiliki kontruksi rumah panggung. Rumah yang dibangun ini menggunakan kayu unglen yang terkenal dengan kekuatannya.
Tidak hanya kontruksi rumah pangung di kompleks Al Munawar juga terdapat rumah darat yakni Rumah Limas dan Rumah Batu. Kampung Arab ini didiami sekitar 300 orang atau sekitar 30 kepala keluarga. Kebanyakan mereka berprofesi menjadi pedagang, ada juga yang sekaligus menjadi ustadz, penceramah dan guru mengaji.
Sentuhan Timur Tengah dan Eropa terlihat dari arsitektur rumah, bentuk tangga, ukiran ataupun lantai ubin yang memang didatangkan langsung dari Turki. Sejak beberapa tahun terakhir, masyarakat kampung Arab mulai terbuka menerima tamu-tamu yang ingin melihat langsung kondisi rumah-rumah tua ini.
Apalagi di tahun 2018 nanti, Palembang akan menjadi tuan rumah ASIAN Games 2018. Sehingga semakin membuka mata dunia tentang Palembang yang penuh dengan nilai sejarah.
Di Kampung Al Munawar juga berdiri sekolah yang libur pada Jum’at dan sekolah di hari Minggu. Palembang merupakan salah satu kota yang pertama kali mendapat pengaruh Islam. Pada tahun 1907, beberapa keluarga Arab mendirikan sekolah Islam berbasis kurikulum bernama Al-Ihsan. Dan di tahun 1914, berdiri madrasah diniyah Al-Kautsar (level sekolah dasar).
Hingga kini Perguruan Al-Kautsar masih bertahan, menjadi tempat menempuh pendidikan bagi anak-anak di Kampung Al Munawar hingga kampung sebelah.
Disi juga terdapat Al-Qur’an yang sudah berumur lebih dari 200 tahun. Al Qur’an ini sendiri ditulis dengan menggunakan tangan, tanpa mesin cetak seperti saat ini. Selain itu digunakan juga tinta emas untuk mempercantik Al-Qur’an yang disimpan di Rumah Limas ini.
Kampung Al Munawar sejak ratusan tahun silam hingga kini, kondisinya tetap sama tidak mengalami perubahan. Dan setelah Pemerintah menetapkan delapan rumah sebagai cagar budaya dari total 17 bangunan, Kampung Arab Al Munawar kini mulai menata diri menjadi destinasi wisata di kota Palembang.
Kamu udah duluan kesini toh Kak. Hahahaha. Pantas pas kita datang sudah bersih ya. Sedih gak lihat Al-Quran emas di sana dan gak bisa masuk ke sekolah karena libur. Hahahaha…