Pada penutupan Festival Sriwijaya XXV, 2016 di Benteng Kuto Besak, pada Minggu malam, 24 Juli 2016 dipertunjukkan Video Mapping yang diproyeksikan ke gerbang Benteng Kuto Besak.
Namun sayangnya tidak banyak masyarakat Palembang yang menyaksikan pertunjukan video mapping dari Sembilan Matahari bersama Epson Indonesia tersebut. Selain itu masih banyak pengunjung yang datang berlalu lalang di depan gerbang sehingga bayangan orang tersebut mengurangi keindahan dari pertunjukan tersebut.
Alasannya mungkin karena masih banyak masyarakat Palembang yang belum mengetahui sebenarnya apa itu pertunjukan video mapping. Sehingga tidak banyak yang datang untuk menyaksikan pertunjukan video mapping Festival Sriwijaya. Dan pengunjung yang melintas di depan pertunjukan tersebut juga tidak mengetahui jika video mapping ini adalah proyeksi video. Apabila melintas akan menimbulkan bayangan.
Apa itu Video Mapping?
Video mapping projection adalah teknik memproyeksikan video pada permukaan datar yang biasanya bisa berupa dinding, layar, fasad bangunan maupun objek-objek tiga dimensi lainnya.
Dalam proses pembuatan video mapping memadukan seni, dan teknologi tinggi. Sehingga untuk menghasilkan karya video mapping ini membutuhkan ketelitian yang tinggi dan biaya yang tidak murah.
Adalah Sembilan Matahari, perusahaan desain dan film yang menampilkan karya video mapping di Festival Sriwijaya. Perusahaan asal Bandung ini memang melakukan eksplorasi kreatif untuk menampilkan pertunjukan menarik. Mulai dari pertunjukan di Gedung Sate Bandung hingga Kota Tua Jakarta.
Video Mapping sebagai Transfer Budaya
Eksplorasi audio-visual dalam video mapping Festival Sriwijaya adalah untuk mengukir kembali masa kejayaan Benteng Kuto Besak sebagai benteng PERTAMA yang dibangun oleh pribumi dan menjadi benteng Kesultanan Palembang Darussalam.
Pemilihan Benteng Kuto Besak sendiri karena benteng ini merupakan salah satu warisan budaya kebanggaan Sumatera Selatan yang menyimpan banyak sejarah dan mencapai puncak kejayaan pada masanya.
Dalam pertunjukan video mapping Festival Sriwijaya tersebut masyarakat diajak memasuki lorong waktu untuk mengenang kembali kejayaan Sriwijaya. Proses transfer budaya ini dilakukan dengan cara yang menarik dan unik.
Untuk mengedukasi masyarakat tentang kejayaan masa Sriwijaya hingga warisan budaya yang hingga kini terjaga seperti Benteng Kuto Besak yang perlu dipelihara dan dipertahankan bersama-sama.
Selain itu ada masa-masa kemerdekaan Republik Indonesia hingga warisan pembangunan Jembatan Ampera yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno. Bahkan Soekarno pernah berkata jika Indonesia ini berawal dari Sriwijaya dan Majapahit.
Pertunjukan video mapping itu sendiri masih menyisakan kenangan, memang masih banyak hal yang perlu diperbaiki mulai pengerjaan yang belum rapi, blocking dari video mapping, banyak yang berlalu lalang hingga permasalahan audio yang kurang maksimal.
Namun so far so good dan sangat menghibur sehingga kalau bisa pertunjukan video mapping ini kalau bisa ditonton setiap minggu atau setiap bulan. Karena ini bisa menjadi daya tarik orang untuk datang ke Palembang.
Well… give applause for South Sumatra province and Palembang…
https://www.youtube.com/watch?v=HBN86szkeco
wah keren mba videonya, setuju sama quote ini “menjadi daya tarik orang untuk datang ke Palembang”
Next trip harus kesana nih
Salam kenal
https://kelilingdesa.com
Terima kasih banyak ya
Salam kenal mas, kabar-kabarin ya kalo di Palembang 😀