Plang mentereng bernuansa merah dan kuning terpampang tepat di bawah papan nama jalan Laskar Pelangi di Desa Linggang Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur Bangka Belitung.
Laskar Pelangi menjadi tonggak pendidikan anak-anak Indonesia, perjuangan anak-anak indonesia yang tidak mudah menyerah. Karya fenomenal Andrea Hirata yang kebetulan tinggal di jalan ini.
Perjalanan ke Belitung kali ini sungguh beruntung, saat berkunjung ke Museum Kata Andrea Hirata saya bertemu langsung dengan penulisnya . Indonesia’s Most Inspiring place” di depan sebuah rumah bernuansa putih.
Nuansa tempo doeloe sangat kental terasa, di dekat pintu yang terbuka ada pigura berisi pengumuman dalam dua bahasa indonesia dan inggris agar pengunjung melepas alas kaki karena museum tersebut beralas tikar. Di dalamnya beragam pernak-pernik seputar Laskar Pelangi sudah terpajang rapi.
Museum itu belum rampung sepenuhnya bahkan memang belum diresmikan gorden pun belum semuanya dipasang masih ada tangga lipat di pojok ruangan tumpukan kaos yang dijual sebagai suvenir pun masih teronggok dalam kardus.
Saat teman-temanku memanggilku dan aku bertemu dengan Andrea yang mengenakan kaos abu-abu berlengan panjang celana kargo beige serta topi. Seperti dua sahabat lama yang sudah lama tidak berjumpa, seluruh teman-teman sempat terheran-heran melihat pola kami.
Museum ini merupakan museum sastra pertama di Indonesia yang dananya dialokasikan dari royalti novel yang sudah terbit di 25 negara. Setelah novelnya mendunia dan diadaptasi menjadi dua film layar lebar Andrea ingin melestarikan nilai positif dalam laskar pelangi dan itu diwujudkan lewat museum yang terletak di jalan Laskar Pelangi nomor 7 itu.
Tentunya tak hanya kata-kata indera penglihatan yang dimanjakan dengan foto-foto Laskar Pelangi yang dirilis pada 2008. Andrea juga memamerkan lukisan baik karyanya sendiri maupun karya orang lain yang terinspirasi LP. Beragam alat musik pun menjadi bagian dekorasi museum yang dibangun di atas rumah melayu kuno yang konon berusia dua ratus tahun itu.
Suasana warung kopi melayu khas Belitung juga tersedia warkop kupi kuli di ujung museum suasana jadul sangat kental di warkop kupi kuli. Rasanya seperti mengunjungi rumah melayu kuno, di pojok ruangan ada kompor arang yang memanaskan teko berisi kopi, cat pada dinding kayu dibiarkan mengelupas, radio kuno, lampu petromaks, iklan enamel serta sampul album satria bergitar” Rhoma Irama turut menjadi pemanis warkop kupi kuli.