Lifestyle,  Personal

PR untuk menuntaskan mafia anak jalanan

Visits: 37

PR untuk menuntaskan mafia anak jalanan

Cerita ini bermula ini dari aku yang gak bawa motor, karena hari sudah cukup malam, sedangkan jemputan dari adikku belum datang, pas Uje – teman sekantorku yang memang satu angkatan denganku mengajak curhat, so aku ajak dia makan, karena dia mau makan,

Dia nya mau makan di pecel lele radial, ya udah sekalian udah lama aku gak kesana , aku pun menyetujui usulannya,

Tidak ada yang berubah saat aku terakhir ngumpul bareng anak semut hitam, enam bulan silam. Aku pun mulai memesan makanan, pecel lele pun jadi santapanku plus teh hangat karena udara malam itu ditambah kondisi badan yang kurang fit, akan membuat badanku sedikit lebih enak. Sedangkan Uje memilih ayam goreng dan jeruk hangat.

Sambil menunggu makanan, aku melihat kekanan dan ke kiri, sambil ngobrol dengan Uje, mendengarkan cerita tentang pacarnya yang complain dengan kerjaanya yang menyita waktu. Kupikir pacarnya hanya membutuhkan perhatian, dan kusarankan dia untuk memberikan perhatian lebih kepada pacarnya.

Karena jika menuruti permintaan pacarnya untuk putus, sangat tidak enak rasanya karena seperti diriku yang memilih memutuskan hubungan sampai sekarang masih menjomblo, karena takut untuk memulai hubungan lagi.

Tampak didepanku dua pasang muda mudi sedang makan, disampingku dua laki – laki seumuranku sedang melakukan aktivitas yang sama. Pengamen didepanku sedang asyik bernyanti menghibur pasangan yang sedang makan tersebut.

Tiba – tiba datang dua anak kecil, laki – laki dan perempuan, satu yang laki – laki sekitar umur 7 tahun buta dan adiknya berumur 5 tahun menuntunnya. Kedua anak tersebut, menadahkan dua tangannya kepadaku. Aku terkejut, dan dasar karena aku yang tidak suka member uang lebih mengajak mereka makan bersamaku.

Dan kupersilahkan mereka makan sesuai pilihan mereka.Pilihan mereka pun jatuh pada ayam goreng dan dogan dan jeruk hangat. Sebenarnya aku bisa saja memberikan uang paling banyak 5 ribu saja, dan urusan selesai, tapi aku tidak ingin melakukan hal tersebut, karena ketika memberikan sesuatu berikan hal yang paling kamu sayangi, begitupun ketika kamu makan, dan ada yang kelaparan berikan makanan yang sama seperti kamu makan.

Itu prinsipku sih, aku pun mengajak anak tersebut bercerita , kedua anak tersebut bernama Lia dan Ali , menjawab dengan wajah yang tidak terlalu senang, lebih peduli dengan makanannya , kupkir karena lapar, mereka seperti itu, tapi sayangnya kedua anak tersebut tidak ingin sekolah, karena sekolah tidak enak, aduh ,,,,, kenapa mereka bisa berpikir seperti itu, aduh sayangnya dik!!!!!

Setiap hari mereka keluar rumah jam 10 pagi keliling kota Palembang, meminta belas kasihan orang untuk membagikan uang receh mereka. Sebenarn ya mereka masih memiliki orang tua, yang bekerja sebagai buruh cuci, namun ibu mereka tidak memperdulikan anak – anaknya. Satu hari itu mereka hnya mendapatkan 6 ribu rupiah.

Tapi ternyata cerita tidak sampai disitu saja, karena ditengah asyik makan dan aku asyik mengajak anak tersebut bercerita, tiba – tiba datang seorang anak laki – laki berusia sekitar 17 – 18 tahun mendekati mejaku, dan dia melihat seperti menantang, aku pura – pura cuek.

Akhirnya anak tersebut diusir pemilik warung, acara makan pun dilanjutkan, aku sedih melihat kedua anak tersebut, karena kelihatannya mereka begitu lapar, karena makanan yang disantapnya habis tak bersisa.

Tapi lagi – lagi, anak laki – laki berbaju werpak cokelat kembali datang menghampiri meja kami, kali ini dia langsung menarik tangan Ali , aku pun berteriak melihat hal tersebut, Hey, biarkan dia makan dong, jangan tarik – tarik seperti, dan lagi – lagi pemilik warung mengusirnya,

Namun dia tidak jera kali ini dari luar dia berteriak mengajak Lia dan Ali pulang, dan aku langsung menghampiri anak tersebut, kuberikan dia uang sambil aku berkata, aku meminta waktu mereka buat makan.

Kupikir uang itu cukup untuk membuat dia kenyang beberapa hari, setelah selesai makan, Lia dan Ali pun pulang. Ternyata si anak berbaju werpak cokelat tersebut sudah menunggu didepan, dia menyeret Ali sambil menamparnya , melihat hal tersebut Uje pun berteriak membentak anak tersebut, kali ini Uje berlari mengejar anak tersebut.

Uje pun memilih untuk melaporkan hal tersebut, 15 menit kemudian polisi yang sering bertugas dengan Uje yang notabene liputan criminal, mulai mencari anak tersebut bersama Uje. Sayangnya anak tersebut telah menghilang, dan kami pun lagi – lagi kehilangan kesempatan untuk mengungkap kejamnya bisnis pekerja anak kecil, anak jalanan.

Dan Pe – eR ku kembali bertambah,untuk menuntaskan mafia anak jalanan, aku menangis aku tidak bisa menangkap anak tersebut. Ya Allah berikan perlindungan-Mu untuk Lia dan Ali, anak – anak yang malang tersebut.

TV journalist, traveler, writer, blogger, taekwondo-in and volunteer. Bookworm, coffee addict, chocolate and ice cream lovers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Translate »
HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com