Bunuh diri, inilah yang akhir – akhir ini sering terjadi di kalangan masyarakat.
Bahkan baru – baru ini, yang melakukan aksi bunuh diri adalah seorang guru bernama Havif Sabaro.
Karena mengalami depresi akibat gagal menjadi kepala sekolah membuat lulusan Sarjana Agama ini, nekad melakukan aksi mengakhiri hidupnya.
Aksinya ini sendiri dilakukan Rabu (5/11/08) tepatnya di lantai 5 Internasional Plaza, berulang kali nekad memaksa untuk masuk, Havif pun melangkah masuk ke mall tersebut dibuka pukul 09.00 WIB, dan langsung bergegas ke lantai 5.
Karena tidak ada yang memperhatikannya, aksi ini pun berjalan sukses, tepat pukul 09.15 WIB, Havif terjun dari lantai 5 dan menghantam tumpukan kursi dari counter Handphone.
Namun sayang, aksi ini gagal berakhir dengan kematiannya, karena Havif masih hidup dengan menderita patah kaki dan lengan termasuk luka lecet di tubuhnya. havif dilarikan ke RSI Siti Khadijah.
Berdasarkan informasi dari istrinya yang bernama Evi, ternyata Havif sudah 2 tahun mengalami depresi akibat gagal menjadi kepala sekolah, dan telah menjalani perawatan rutin di RS Ernaldi Bahar. Kondisi ini sendiri tak lepas dari himpitan ekonomi dan kepribadian dari Havif yang tertutup.
Lagi – lagi alasan kesulitan ekonomi menjadi motivasi banyak orang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya. Seperti sebelumnya seorang aparat kepolisian yang juga mengakhiri hidupnya.
Pemikiran bunuh diri terlintas karena tidak adanya teman untuk berbagi terhadap masalah yang dihadapi, selain itu karena adanya kepribadian yang tertutup dari sang pelaku bunuh diri.
Bahkan karena lemahnya iman ikut memicu mereka berpikir dengan mengakhiri hidup, masalah pun semuanya berakhir. Tetapi ketika sadar, umumnya mereka akan sangat menyesal karena mereka sadar masih banyak orang yang menyayangi dan membutuhkannya.
Untuk itu pentingnya keterbukaan terhadap masalah yang sedang dihadapi, dan selalu mendekatkan diri dengan sang pencipta karena bunuh diri merupakan perbuatan selemah-lemahnya iman.
Jika tidak bisa bercerita dengan teman, curahkanlah hatimu pada Allah, karena Dia yang sebenar-benarnya pemecah seluruh permasalahan hidup, Allah pun tidak akan memberikan cobaan yang tidak mungkin dapat diselesaikan hambanya. Jadi semua cobaan yang dihadapi pasti bisa dilalui.
Sebenarnya ini adalah cara Tuhan mendidik kita agar mampu bertahan hidup di dunia ini. Semakin berat cobaan, semakin dewasa menghadapi hidup. Tapi memang beberapa orang sering tidak tahan dan memilih jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya.
Tetapi apakah pantas kita mengakhiri hidup yang telah dianugerahkan buat kita, karena sebenarnya diri kita sangat berharga. Toh, jika putus pacar masih ada seribu laki – laki yang hadir buat kita menggantikan posisi dirinya.
Jika dipecat dari kantor, masih banyak pekerjaan lain yang menunggu kita, ataupun jika tidak punya uang, toh kita harus bersyukur karena kita masih bernafas.
Semua yang kita hadapi ataupun yang dialami itu ada hikmahnya, sabar dan bertawakal adalah jawabannya. Hidup ini terlalu berharga untuk hanya terpekur pada permasalahan karena sebenarnya hidup kita sangat berharga untuk diri kita, keluarga kita, orang lain dan lingkungan kita.
Pengaruh jaman kali ya? Jaman skrg ini kan makin edan. 😀
hmmmm… banyak tekanan, dan gengsi kalo cerita jadilah mereka mengakhiri hidupnya
jangan sampe dehhh
waduh jangan bunuh diri mbak minta bunuh be banyak koq yang bersedia… 😛
terkadang kalo tidak bisa berpikir jernih, semua menjadi gelap dan tanpa harapan
sumpah surprise banget waktu baca koran tentang sarjana agama itu. Kok bisa ya sampe segitu.
ya sarjana agama… cuma kertas doang, imannya kurang, jadi agamanya juga kurang, akibatnya yang seperti itulah