Memberi maaf dan Meminta Maaf

Memberi maaf dan Meminta Maaf

Ketika kita dihadapkan pada satu perkara untuk meminta maaf dan memberikan maaf, mungkin akan menjadi boomerang.

Kedua perkara itu memang bukan hal yang sama, karena meminta maaf butuh keberanian yang besar dan mengalah untuk semua ego yang ada didalam diri. Sementara memberikan maaf membutuhkan jiwa yang besar dan keikhlasan yang dalam untuk melupakan suatu kesalahan.

Mungkin sebagian orang akan berpikir tidak akan mungkin mengalami hal tersebut. Namun hal tersebut terjadi pada saya, keduanya memang membutuhkan proses, saat hati ini ingin meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuat , ego menahan diriku karena mengingat kesalahannya.

Malam itu, menjadi kenangan yang tidakn terlupakan ketika hati ini diberikan keikhlasan dan keberanian untuk memaafkan sekaligus meminta maaf. Sayangnya keadaan tidak seperti yang kita harapkan.

Malam itu, aku belajar tentang bagaimana untuk meminta maaf dan memaafkan. Mungkin kalian bingung, apa yang aku alami, ini hanya cerita ketidakdewasaan diri.

Bermula dari program acara yang aku buat untuk satu klub sepakbola, membuatku sangat dekat dengan presenternya, dan hubungan kita layaknya seorang saudara ibarat amplop dan perangko, hampir setiap hari saya bersamanya.

Karena program inilah membuatku dekat dengan pemain bola tidak terkecuali, untuk satu orang yang kini menjadi pacarnya anak tersebut. Sebenarnya karena aku putus dengan pacarku , karena luka yang cukup dalam akibat 7 tahun kebersamaanku, membuatku curhat dengan pemain bola tersebut.

Kedekatan kita membuatku berpikir apakah aku harus berpikir untuk mencari pengganti pacarku. Namun si presenter melarangku, berulang kali melarangku, karena takut aku kembali sakit hati karena nota bene dia pemain bola itu seorang playboy.

Hingga akhirnya mereka jadian, dan aku tidak tahu harus menempatkan perasaan ini, hubungan kita menjadi renggang. Aku tidak pernah lagi jalan dengan presenter tersebut, karena dia terlalu sibuk, terlebih saat dia diterima kerja di salah satu bank.

Karena prestasi klub bola , dan prestasi si pemain bola , pamornya semakin naik, hingga klub dan pemain bola tersebut mendapatkan penghargaan. Malam itu, selayaknya menjadi jadwal si presenter siaran, namun sayangnya dia tidak datang dan tidak memberikan informasi tentang keabsenannya.

Semua orang kalang kabut, managemen ikut panik, aku yang baru dari makan, langsung ditunjuk untuk menggantikan anak tersebut. Keesokan harinya anak tersebut menelpon teman presenternya, dan meminta untuk memberikan informasi ke kantor. Seluruh orang tidak bisa menerima hal tersebut, managemen , produser acara, termasuk diriku.

Sebelumnya dia sering melakukan kesalahan, dan sering dimaafkan, lagi – lagi aku selalu dibuat untuk menggantikannya. Namun kejadian tersebut sangat fatal, karena acara berita itu terpaksa tertunda hingga 30 menit.

Entah kesalahanku yang tidak mempercayai hal tersebut, tanpa konfirmasi, saat jadwalnya di program bola itu, aku menggantinya dengan presenter lain, dia yang sudah datang langsung menangis karena hal tersebut.

Aku hanya berharap dia dapat belajar dengan kejadian tersebut, bagaimana rasanya jika tidak dikonfirmasi terlebih dahulu, bagaimana menghargai sesuatu. Karena jika kita ingin dihargai kita harus menghargai sesuatu terlebih dahulu, orang ataupun institusi.

Keesokan harinya dia langsung mengundurkan diri setelah menghadap General managerku. Sejak itu dia membenciku termasuk si anak bola , yang tidak pernah lagi tersenyum menoleh ataupun ramah. Aku sudah membutakan hati, namun aku harus memaafkan semuanya jika aku ingin melangkah menuju masa depan.

Malam itu, aku bertemu dia bersama si anak bola, aku berusaha menegur, sayang anak bola tersebut tidak mau menoleh dan pura – pura tidak melihat maupun mendengar apa yang kukatakan. Malam itu aku sudah mencampakkan harga diriku, hanya untuk meminta waktu berbicara.

Dia tidak pernah mau bicara, aku hanya sempat berbicara sedikit dengan presenter tersebut, karena aku mendengar dia menjelekkkan aku didepan semua orang. Karena kesalahanku, dia keluar dari kantorku. Karena sebelumnya dia telah konfirmasi kepadaku, namun itu tidak pernah terjadi.

Belum selesai aku berbicara dengannya, si anak bola langsung menarik tangannya, dan membiarkan terbengong, aku merasa harga diriku hancur, didepan orang – orang dia memperlakukan aku seperti itu.

Sebelumnya aku sudah berpikir hal tersebut akan terjadi, tapi aku telah berjanji untuk menyelesaikan semua kesalahfahaman aku dan dia. Aku hancur, aku remuk, aku malu, malam itu aku menangis karena keterpurukanku.

Untung temanku datang menghiburku, memberikan kekuatan, banyak teman yang memberikan aku kekuatan dan berkata si anak bola tidak layak memperlakukan aku seperti itu, karena itu bukti ketidakdewasaannya.

Kini aku sadar, ternyata aku begitu kejam melakukan hal tersebut. Tidak semua orang bisa menerima cara yang kita lakukan. Aku sadar telah melakukan kesalahan, dan melukai orang, aku hanya memikirkan diriku, tanpa memikirkan orang lain.

Sakit rasanya tidak dihargai, dan diacuhkan serta dijatuhkan harga diriku didepan orang – orang, tapi lebih sakit ternyata aku tidak pernah dimaafkan. Aku hanya ingin meminta maaf, semoga kalian memaafkan kesalahanku karena aku telah memaafkan kalian.

Memberikan maaf mungkin amat berat untuk diberikan kepada orang yang pernah melukai hati kita. Tetapi hanya dengan memberikan maaf saja kita akan dapat mengobati hati yang telah terluka.

Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita dapat mendengarkan semuanya dari dua buah sisi. Untuk berupaya mengumpulkan pujian dan kritikan dan memilih mana yang benar dan mana yang salah.

Karena aku tidak mau mendengarkan dia dan tidak pernah mempercayai lagi, akhirnya itu membunuhku, kini bertambah orang yang memusuhiku, membenciku. Karena keegoisan yang kini membuatku kehilangan seorang teman, adik dan sahabat.

Kini aku sadar aku kembali kehilangan, kita tidak bisa merasakan kehilangan sebelum kita benar-benar kehilangan. Semua hal itu kini menyadarku akan pentingnya menghargai, dihargai, rasa sakit hati dan keberanian dan keikhlasan untuk melupakan semua yang pernah terjadi.

Wahai teman, aku meminta keikhalasan kalian untuk memaafkan kesalahanku, yang telah membuat kalian terluka. Semoga kalian diberikan kebahagiaan. Maafkan aku yang terlambat menata hati ini.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Translate »
HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com