Uncategorized

Jurnalis Wanita Mau

Visits: 177

Sepertinya profesi Jurnalis baik cetak maupun electronik tak banyak dipilih oleh kaum wanita. Boleh dibilang profesi ini salah satu profesi langka. Mungkin di awal karir dalam tempo 1 – 2 tahun, banyak kaum wanita yang bergabung, tapi setelah tahun ke – 3 ke atas atau tahun ke 5 ke atas dipastikan sudah banyak para kaum jurnalis wanita yang mengundurkan diri dan bekerja di perusahaan lain.

Hal ini yang menjadi sorotan saya selama bekerja di PALTV ( : televisi lokal di Palembang) . Di tahun ke 5 saya bergabung dengan pionir televisi lokal di Palembang, begitu banyak teman – teman wanita saya yang mengundurkan diri.

Mulai dari Ola, Arini, Icha, Pheny, Merry, Indah, Ika Wahyuni hingga Rossi dan Dona. Mulai dari hitungan hari hingga hitungan tahun bergabung dan menjadi partnerku. Alasannya pun beragam, ada yang mengundurkan diri karena diterima kerja di tempat lain, ada yang dilarang orang tuanya, ada karena ketahuan tes PNS dan ada juga karena tidak tahan lagi.

Otomatis ketika mereka mengundurkan diri, sistem yang telah terbangun menjadi goyah kembali. Banyak dari mereka bertanya kenapa Suzan tetap bertahan di PALTV ??? Kan masih banyak pekerjaan lain yang menjanjikan apalagi karena sudah banyak relasi.

Pertanyaan mereka pun kujawab karena ternyata aku  mencintai pekerjaan ini.

Jujur dalam dunia jurnalisme kaum wanita bisa dihitung dengan jari, apalagi jika seorang jurnalis tersebut harus mengambil gambar atau menjadi video journalis. Ironisnya, mereka yang masuk dalam dunia jurnalistik yang sangat maskulin alias tomboy.

Karena resiko pekerjaan, mulai dari desakan dateline , pulang malam atau harus berebut mengambil angel gambar yang bagus mengharuskan berdesakan dengan kaum adam. Selain itu faktor tidak ada hari libur  akhirnya banyak yang tidak bisa bertahan di dunia jurnalis.

Sehingga faktor penentu untuk bisa bertahan di dunia jurnalisme adalah MAU-nya dulu dibesarkan alias keinginan terhadap dunia jurnalis. Pasalnya semakin lama akan semakin tidak percaya diri terhadap kualitas tulisan karena masih harus terus belajar dan belajar agar mendapatkan tulisan yang baik. Hal inilah yang membuat dunia jurnalisme  sangat fleksibel mengikuti perkembangan zaman.

“When a reporter sits down at the typewriter, he’s nobody’s friend.” (Theodore H. White, Journalist, Historian and Novelist, 1915-1986)

TV journalist, traveler, writer, blogger, taekwondo-in and volunteer. Bookworm, coffee addict, chocolate and ice cream lovers

6 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Translate »
HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com