Hongkong tidak seramah dulu lagi, seperti itulah yang dikatakan oleh Claudia, seorang teman backpacker yang bertemu di Seaview Guesthouse. Claudia seorang traveler dan sudah traveling keliling dunia, dan kali ini dia ke Hongkong hanya singgah sebelum pulang ke Australia menemui ibunya yang sakit kanker.
Claudia berkata jika awalnya saat pertama kali datang ke Hongkong, para petugas imigrasi menyambut dengan ramah, bahkan memberikan buku dan peta wisata di Hongkong, tapi kini semuanya berubah. Tak ada lagi wajah ramah, tak ada lagi senyuman, semuanya berubah.
Sebenarnya ini kali pertama saya travel lebih jauh dari sekedar Malaysia dan Singapura. Saat tiba di Hongkong International Airport, petugas imigrasi berulang kali mengecek passport saya. Untuk penulisan nama yang salah, itu sudah bukan jadi masalah lagi. Tapi yang menjadi masalah, saat mereka seolah tidak percaya saya hanya datang untuk liburan saja ke Hongkong.
Okay, mungkin karena pemilik passport hijau mendominasi pekerja di Hongkong. Bahkan ada pengalaman yang sedikit tidak mengenakkan saat masuk ke Hongkong dari Shenzhen, karena petugas imigrasi langsung menanyakan saya dengan bahasa Mandarin. Hmmm… that’s really make me surprise! Seperti yang kita ketahui petugas imigrasi selayaknya menggunakan bahasa Inggris bukan bahasa Mandarin.
Saya menjelaskan saya tidak bisa bicara Mandarin dan hanya liburan ke Hongkong, bahkan saya sudah mengantongi tiket pulang ke Indonesia. Mungkin karena di barisan saya adalah orang Indonesia yang kelihatan mereka ada para TKW. Setelah melewati sekian banyak pertanyaan dengan bahasa Mandarin dan bahasa Inggris ala kadarnaya, saya bisa lewat dari wajah yang tidak ramah itu.