Malam itu Sabtu (08/05) dering handphone mengejutkan aku, tetapi yang sangat mengejutkan adalah berita yang kudengar dari seseorang yang telah lama tidak menghubungi, Martin Anventama – Mantan Ketua Suporter Sriwijaya Mania Sumsel.
Kabar yang kudengar, 4 pemain SFC diantaranya Amrizal, Isnan Ali, Charis Yulianto, dan Christian Warobay memukuli adik – adik suporter, sebagai seseorang yang pernah menjabat sebagai Ketua Suporter Cewek SMS Girls Community. Aku bagai tersayat, dan yang menyedihkan kenapa mereka harus memukuli anak-anak itu yang selama ini selalu mendukung mereka tanpa PAMRIH.
Balasan yang mereka terima adalah bogem mentah yang mendarat di pipi hanya karena salah persepsi, ketika adik – adik suporter bermaksud memberikan SEMANGAT, mereka berpikir kata – kata di nyanyian itu untuk menyudutkan mereka. Aaahhhh… alangkah mudahnya terpancing emosi dan melampiaskannya dengan kekerasan.
Aku tetap menyayangkan kejadian tersebut. Kenapa seorang pemain bintang dan kapten Timnas seperti Charis bisa melakukan hal tersebut. Kini seluruh pihak harus duduk bersama meski Managemen SFC juga telah mengambil langkah yang dianggap perlu karena baik tim managemen dan suporter adalah satu bagian yang tidak terpisahkan.
Kita memliki klub sepakbola yang modern dan tentunya harus didukung oleh suporter yang modern dan konsekuensinya pemainnya juga harus lebih dewasa. Pemain SFC saat ini merupakan publik figur semua tingkah laku sikap mereka harus sadar agar dapat memberikan contoh yang baik.
Masyarakat Sumsel juga harus menyadari menang dan kalah itu dalam satu tim. Adalah hal biasa sebagai bentuk rasa cinta kepada SFC penonton mendukung penuh, bahkan mereka datang dari berbagai penjuru daerah, dari sejauh manapun mereka datang mengorbankan apupun untuk mendukung SFC dan tentunya pemain SFC sanggup berdarah – darah memberikan yang terbaik untuk Sumsel dan Suporternya.
Jika berbicara profesionalisme untuk mereka yang digaji secara profesional dan menghabiskan APBD Sumsel hingga Rp 28 Miliyar. Apakah ini arti sebuah profesionalisme tersebut ?
Semoga banyak hikmah dibalik semua ini, dukungan penuh untuk SFC tidak akan pernah berhenti. Namun di balik itu semua, semoga mereka sadar jika mereka “Pemain SFC” tidaklah memilki arti apapun tanpa dukungan dari suporter dan masyarakat Sumsel.
Ah ini bukti bahwa para pemain sepakbola kita masih belum dewasa. 🙁
semoga dari kejadian ini, semua orang mendapatkan hikmah dan pelajaran
Kalo lihat dari dua sisi sebenernya sama2 salah, cuma memang yg melakukan pemukulan tingkat kesalahannya lebih tinggi 🙂
Hmmm…kok sampai segitunya ya pemain PSSI kita? Bagaimana mau menunjukkan citra baik kalau sikapnya spt itu.
Hmmm…kok sampai segitunya ya pemain sepak bola kita? Bagaimana mau menunjukkan citra baik kalau sikapnya spt itu.
Waduh…komennya jd dobel, ada yang diralat. (*keliatan gak hobby bolanya he..he..)
gak pa pa dobel, gak pake bayar koq
jadi inget kasus jaya yang nampar bobotoh hehe…
tapi semuanya memang harus dewasa. bobotoh eh suporter jangan fanatik berlebihan. pemain harus profesional… *sokserius*
btw, ketua suporter nih? wah hebaaaat!!
hohoho… memang seluruhnya harus bisa belajar dari kejadian ini
kejadian yang terus berulang ya, dimana-mana, gimana biar gak terulang lagi ya, apa harus menunggu mbak suzan jadi kaptennya?…he…hee
kabar yang aku baca di koran mereka di kasih opsi 2 opsi dan (aduh lupa pula opsi itu)… 🙁
tapi org sekarang memang suka emosian yaaa
itulah bukti arogansi
Nanti biar saya yang jadi Manager dan Pemilik klubnya ^^