Perjalanan kali ini adalah Plesiran ke Batam-Singapura bersama Crew PalTV. Kami memulai jalan-jalan kali ini ala “backpacker”. Tentunya ransel menjadi teman setia perjalanan kali ini. Saya pun mencoba light travel, bagi saya kali ini adalah jalan-jalan dengan bawaan hanya satu ransel tanpa embel-embel tas tangan atau yang lainnya. Dari Palembang kami memilih jalur udara ke Batam.
Batam adalah ibukota kepulauan Riau dan kota terbesar di kepulauan Riau. Batam menjadi kota dengan populasi terbesar ke tiga di wilayah Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Tentu kota industri ini telah menarik banyak pengunjung untuk mencoba mencari rezeki disini. Dengan letak sangat strategis, Batam banyak diuntungkan, apalagi Batam sangat dekat dengan Singapura. Sehingga Batam menjadi tempat transit alternatif menuju Singapura dengan biaya murah. Untuk menuju Batam bisa ditempuh melewati jalur udara dan laut.
Jembatan Barelang
Tujuan pertama adalah jembatan Barelang. Barelang singkatan dari Batam, Rempang dan Galang, tiga nama pulau yang ada di Batam, karena memang jembatan ini menghubungkan antara pulau-pulau yang ada di batam yaitu pulau Batam, pulau Nipah, pulau Tonton, pulau Galang, pulau Rempang dan pulau Galang. Konon karena yang memprakarsai pembangunan dari jembatan ini adalah Habibie yang ingin menfasilitasi tiga pulau tersebut, jembatan ini oleh masyarakat setempat juga disebut jembatan Habibie.
Menariknya di jembatan ini banyak pedagang yang ikut mencari peruntungan, karena pengunjung yang datang untuk foto-foto, langsung mereka tawarkan aneka jualan, seperti makanan gorengan seafood hingga minuman.
Kamp Pengungsi Vietnam
Dari jembatan Barelang, perjalanan dilanjutkan menuju ke kamp pengungsi Vietnam di pulau Galang. Kawasan bekas camp pengungsi Vietnam ini sekarang hanya menjadi museum dan tempat wisata saja. Dahulunya tempat ini merupakan kamp pengungsian orang Vietnam pada tahun 1976 – 1996 yang juga sering dikenal manusia perahu. Orang-orang Vietnam yang berusaha menyelamatkan diri dari perang Vietnam. Terletak di pulau Galang pada bagian Selatan pulau Batam. Selama 7 tahun UNHCR PBB mengumpulkan pengungsi perang Vietnam yang tersebar di beberapa bagian pulau seperti pulau Natuna, Anambas, Terempa dan sekitarnya menjadi satu yaitu di tempat ini pulau Galang.
Setelah dipulangkan ke negara-negara pemberi suaka seperti Amerika, Kanada, hingga Australia ataupun kembali ke Vietnam, di tahun 2005, para manusia perahu ini sempat melakukan reuni kembali dan berkunjung melihat kamp pengungsi Vietnam atau disebut oleh masyarakat setempat kampung Vietnam.
Sepanjang jalan memasuki kamp banyak sekali kera yang berjalan-jalan berharap ada pengunjung yang memberikan makanan kepada mereka. Sebenarnya agak takut juga untuk membuka jendela mobil. Tapi ternyata ada satu keluarga yang sengaja menepikan kendaraan dan memberikan makanan kepada kera-kera tersebut.
Pantai Mirota
Tak puas rasanya jika tidak mencicipi keindahan pantai di Batam. Kami pun menuju pantai Mirota yang terletak di jembatan 5 Barelang. Pantai ini letaknya tidak begitu jauh dari Kampung Vietnam. Pantai Mirota sendiri memiliki keindahan alam yang menakjubkan. Bagi pengunjung yang gemar berpetualang pengelola pantai Mirota menyediakan permainan pantai seperti banana boat, buggy, yang dijamin bisa memuaskan pengunjung. Pengelola pantai Mirota juga menawarkan wisata camping serta jelajah pantai wisata yang diperuntukkan bagi mereka yang cukup bernyali.
Hamparan pasir putih dengan ombak yang tenang serta dari kejauhan terlihat berwarna hijau kebiru-biruan membuat suasana pantai yang sangat tenang semakin indah. Ada juga bebatuan karang di pesisir pantai yang menambah eksotisme pantai ini. Panorama alam pun semakin memanjakan mata dan hati meski pantai ini hanya memiliki panjang 400 meter.
Setelah menikmati keindahan pantai Mirota dan bersantap siang perjalanan dilanjutkan menuju hotel tempat kami bermalam.
Berkunjung ke Batam TV
Di sore hari kami mengunjungi Batam TV yang menjadi bagian dari kami grup Jawa Pos, disini kami melihat aktivitas penyiaran dari televisi lokal di pulau Batam. Studio kontrol dilakukan dari lantai 9 Gedung Graha Pena, jalan raya Batam Centre. Disini kami melihat bagaimana proses produksi Batam TV yang mengudara sejak pukul 07.00-24.00. Hampir seperti PalTV, disini juga ada program berita, kesehatan, anak-anak hingga program rohani. Jangkauan siar Batam TV tidak hanya Kepulauan Riau saja tapi juga Singapura hingga Johor Baru, Malaysia.
Makan Seafood di Resto Seafood Sri Rezeki
Setelah dari Batam TV, kami pun menikmati santap malam di rumah makan Seafood Sri Rezeki. Aneka jenis seafood tersaji, hingga yang selalu dicari oleh setiap pengunjung yang datang ke Batam. Resto Seafood Sri Rejeki terletak di bilangan Batu Besar ini berada di tengah laut, jika laut pasang. Tapi jika laut surut, akan terlihat hamparan pasir. Di resto ini kita bisa menyantap ikan, udang, kerang, gong-gong, kepiting, rajungan, semuanya dalam keadaan hidup, sehingga fresh untuk dimakan.
Lokasi restoran yang tidak terlalu jauh dari pusat kota tentu membuat resto ini selalu ramai dikunjungi. Untuk makan di restoran ini hanya berkisar Rp 40.000- Rp 80.000 per orang.
Setelah puas menikmati sajian hidangan seafood, kami pun pulang ke hotel, beristirahat mempersiapkan diri untuk perjalanan keesokan hari.
kangen pengen makan gonggong pake sambel terasi
iya nih kenapa itu si gonggong gak ada di Palembang yak
seru tu mbak,, btw, kendaraan yg di gunakan dr airport ke jembatan, trus museum dan ke pantainya pake apa ya?
Kebetulan rombongan kita pakai bis
berapa mbak? harganya