Amal : Mbak suka duren?
Saya : Iya
Amal : Mbak suka tempoyak
Saya : Enggak
Amal : Kenapa
Saya : Saya suka duren tapi tidak suka tempoyak karena saya tidak suka saja
Amal : Tempoyak itu enak loh
Saya : Bagi saya enggak bahkan kalo mencium baunya saja saya mau muntah apalagi kalo makannya ya, gak bisa membayangkan
Amal : Ya udah kita makan durennya saja mbak
Saya : *membuka dan melahap duren didepan mata*
Itu adalah sedikit hasil percakapan saya dengan Amal, salah satu presenter di PalTV, saat kami melakukan taping program Halo Palembang, edisi Minggu, 15 Januari 2011, di kawasan Pasar Kuto, Palembang.
Selalu ada cerita tentang durian, ketika masih kecil saat Ayah pulang dari luar kota, saat sedang musimnya, Ayah suka membeli satu karung durian, didalamnya bisa ada 30-50 durian. Biasanya durian itu langsung dibagi-bagikan untuk anggota keluarga besar kami, mulai dari Mbah, Om, Tante dan tetangga.
Biasanya aneka jenis makanan dibuat oleh Ibu, mulai dari kolak, jus sampai bolu. Pokoknya satu minggu itu akan diawali dan diakhiri dengan menu serba durian.
Meskipun semua anggota keluarga saya menyukai tempoyak, namun saya tetap tidak menyukainya. Saya menyukai masakan ibu, tapi untuk tempoyak, saya tidak bisa sama sekali untuk menyukainya. Entahlah, sampai sekarang saya juga bingung kenapa saya tidak menyukai tempoyak, padahal saya suka durian.
Durian pun selalu membawa kisah tersendiri, mulai dari makan bersama teman-teman Wongkito.net saat ada Anthony Bianco, travel blogger asal Australia berkunjung ke Palembang, 2009 silam. Atau makan bersama teman-teman kantor maupun teman-teman komunitas lainnya.
Tapi diantara makan durian yang terseru tetap kenangan makan durian bersama keluarga, Ayah, Ibu dan adik-adik. Sekarang saya sangat merindukan masa-masa itu :(.
Kalau saya anti duren :D.
duren itu enak loh 😀
selera orang emang ga ada yang sama… banyak orang suka duren, tapi emang ga mesti juga suka sama tempoyak…
yupsss setuju 😀