Setelah puas menikmati 3 Idiots, bulan ini sepertinya di Palembang menjadi bulannya film India. Pasalnya jarang sekali aku menyukai film-film dari negeri Hindi, ada beberapa yang kusukai seperti Mohabbatein, Kuch Kuch Hotta Hai, dan Kabhi khusi kabhi gham. Dan Sabtu Malam diriku menghabiskan malam berdua dengan Gita, teman di Putri Sumsel 2006 kembali menikmati akting bintang Bollywood dengan menonton My Name Is Khan.
Nasib sesama jomblo hihihiih… jadi malam mingguan berdua hahahha… 😀
Apa yang ada didalam pikiran kita, ketika mendengar film Bollywood… ya … benar… lagu dan tarian. Tapi di film My name is Khan, kita tidak akan melihat tarian, boleh dikatakan inilah film Bollywood yang tanpa tarian.
Teringat ketika akting Shah Rukh Khan dan Kajol di film Kuch-kuch Hotai Hai yang membuat orang-orang terkena sindrom Anjali dan Rahul. Film ini mampu menembus box office tidak saja di India tapi di Eropa, Australia, Asia dan tentu saja Indonesia.
Adu akting Kajol dan Shah Rukh Khan berlanjut di film Kabhi Kushi Kabhi Gham yang juga sukses mendatangkan air mata dan uang. Dan akhirnya keduanya bertemu kembali dalam film My Name is Khan.
Film ini flash back perjalanan Rizwan Khan (Shah Rukh Khan) yang mengidap sindrom Asperger dalam menemui sang presiden Amerika karena janjinya kepada Mandira (Kajol), wanita yang dicintainya.
My name is Rizvan Khan. I might seem a little different to you. That is because I have Aspergers Syndrome. It is named after Dr Hans Aspersers who first noticed the traits in children. Having Aspergers does not mean I am stupid. I am very intelligent, but I don’t understand people. I don’t know why people say things they don’t mean. For example, they say come to my house any time, and when I go to their house they say why have you come at this time? Sometimes people think I am rude. I don’t mean to be rude, being rude is not good. My mother said there are only good people and bad people in the world and I am a good person…
Film ini memberikan sudut pandang tersendiri dan merupakan film yang bagus bukan karena diriku yang bercucuran air mata tetapi karena inspirasi di balik film ini tentang akibat dari aksi 11 September.
“Time was divided by only two designations B.C and A.D. Now, there a third designation-9/11″
Ibarat air, menonton film selama 2, 5 jam ini tidak terasa karena film ini mengalir mengajak kita menikmati setiap pergantian setting. Rizwan merupakan contoh tentang mereka yang kekurangan tapi tetap memiliki pendirian teguh akan agama dan tingkah lakunya.
Karan Johar, sang Sutradara membuat film ini begitu berkelas dengan menyisipkan pesan mendalam umat beragama di Amerika terkait dengan pandangan miring akan umat Muslim pasca bom 11 September.
Dan yang tak penting bagaimana film ini mengangkat cerita seorang autis dan memberikan contoh bagaimana mendidik seorang anak autis.
Tak hanya tentang teroris, Islam, autis, film ini mengajarkan perjuangan dan cinta kasih. Kata-kata yang akan selalu dikenang di film ini “My name is Khan and I’m not a terrorist!”
hohoho… kenapa nih ? abisnya nunggu Cahya ngajakin nonton gak ngajak-ngajak hihihihi :p
my name is hahn, and i’m not terrorist 😀
hohoho.. okelah kalo begitu !!!
Hi mBa.. Kunjungan perdana.. Postingan kita teManya sama. Aq bljr byk dr film ini. Maen k rumahku ya.. Lam kenal
My Name is Bima and im not terrorist,
i think movie this good,
i like