Sumatera Selatan memiliki sejarah peradaban yang panjang sejak berabad lampau. Berdasarkan penelitian dan penemuan di Sumatera Selatan banyak peninggalan zaman Megalith. Tidak hanya itu Kerajaan Sriwijaya menjadi sorotan utama sebagai kerajaan maritim yang terkenal dan terbesar di Indonesia, bahkan kekuasaanya hingga Asia. Dan di abad ke-15, Kesultanan Palembang Darussalam menasbihkan kekuasaannya hingga zaman kolonialisme Belanda merampasnya.
Sejarah peradaban panjang tersebut hingga kini masih bisa kita saksikan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan merangkum berbagai benda peninggalan bersejarah dari 3 zaman tersebut dengan membangun Museum Balaputera Dewa. Museum yang berlokasi di Jalan Srijaya I No 28, Palembang ini terdapat 3.882 item koleksi dengan luas museum sekitar 23.565 m2.
Museum Balaputera Dewa menyimpan koleksi mulai dari zaman pra-sejarah, zaman Kerajaan Sriwijaya, zaman Kesultanan Palembang, hingga ke zaman kolonialisme Belanda. Koleksi di museum ini terbagi dalam tiga ruang pamer utama. Sebelum ruang pamer utama, saat melewati selasa museum, pengunjung bisa melihat koleksi arca dari zaman Megalith yang ditemukan di Sumatera Selatan.
Peninggalan kebudayaan Megalith atau kebudayaan batu besar banyak ditemukan di kawasan Pagaralam, Sumatera Selatan. Setidaknya terdapat 22 lokasi pemukiman budaya megalith menjadi tempat penemuan benda-benda pra-sejarah yang kini berada di Museum Balaputera Dewa. Seperti arca megalith ibu menggendong anak, arca manusia dililit ular hingga arca orang menunggang kerbau.
Sebelum memasuki ruang pamer museum, pengunjung akan melewati Galeri Melaka, sejak sepuluh tahun terakhir Provinsi Sumatera Selatan dan Pemerintah Melaka Malaysia melakukan pertukaran budaya. Disini kita bisa melihat berbagai koleksi dari budaya Melaka.
Di sebelah ruangan Galeri Melaka, pengunjung menuju ruang pamer museum. Disini pengunjung mendapatkakn informasi sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Di ruang pamer ini pengunjung bisa melihat koleksi benda peninggalan dari zaman pra-kerajaan Sriwijaya berupa kerajinan tembikar, manik-manik, dan pengecoran logam.
Di ruang pamer selanjutnya, pengunjung bisa melihat berbagai replika prasasti yang menunjukkan awal mula berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Mulai dari prasasti Kedukan Bukit, Relaga Batu, Kota Kapur, Talang Tuo, Boom Baru, Kambang Unglen I, Kambang Unglen II, dan Prasasti Siddhayatra. Di ruangan ini juga terdapat koleksi lain dari zaman Kerajaan Sriwijaya berupa arca Buddha, arca Hindu, dan Fragmen.
Di ruang pamer selanjutnya, pengunjung bisa melihat zaman Kesultanan Palembang Darussalam. Benda-benda peninggalan mulai dari tenun songket, berbagai kerajinan seni ukir Palembang hingga naskah Islam. Masuk lebih dalam, pengunjung bisa melihat sisa zaman kolonialisme Belanda.
Museum Balaputera Dewa ini hanya tutup di hari Senin, dan buka Selasa-Jum’at mulai pukul 08.30 WIB hingga 15.00 WIB, Sabtu dan Minggu pukul 08.30 WIB hingga 14.30 WIB. Harga ticketnya cukup terjangkau, yakni Rp2.000 untuk dewasa dan Rp1.000 untuk anak-anak.
Jika sudah berada di Museum Bala Putera Dewa, jangan lupa untuk ber-photo uang Rp.10.000,- dengan latar rumah limas yang sudah dibangun sejak 1830. Pengunjung bisa masuk ke dalam rumah limas dan melihat bagaimana kuatnya kayu-kayu asli dari rumah tersebut. Rumah limas ini sendiri dibangun tanpa menggunakan paku.
Pengunjung yang datang dapat belajar dan melihat langsung peninggalan sejarah yang tersimpan di museum ini. Dan di akhir kunjungan kita akan melihat rumah anti gempa. Rumah panggung dengan potongan kayu yang menjadi penopang rumah. Potongan kayu bulat hanya bergoyang sedikit saat terjadi gempa.