Ayo pada jujur untuk yang masih lajang, single atau apalah, merasa risih gak jika ditanya “kapan nikah”.
Mungkin pertanyaan itu sudah kebal di telinga saya. Karena dari pertanyaan itu akan berujung dengan bermacam opini mereka. “Kamu sih, kebanyakan pilih-pilih, sudah gak usah pilih-pilih lagi”. Ada juga yang berkata “Kamu sih kesibukan kerja, kerja terus”. Ataupun yang paling parah, ada yang bilang begini “Kamu sih, cuma maunya sama bule saja, mau sama orang luar terus”.
Well, sometime… kalau lagi bersemangat ataupun cadangan energinya lagi banyak, pasti senyum-senyum saja tidak terpengaruh dengan omongan mereka. Nah kalo lagi feeling blue, mood yang berada entah dimana. Semua pertanyaan dan perkataan setelah pertanyaan “kapan nikah” itu sangat mengganggu. Bahkan kadang sampai meneteskan air mata.
Ribuan nasehat pun terlontar dari Ibu, Ayah, Mbah Utie, Mbah Kakung, Om, Tante, adik, teman hingga rekan kerja. Mulai dari jangan menutup diri hingga harus bisa menarik perhatian.
Jujur saya ingin sekali menikah sejak umur 21 tahun, tapi hingga di umur sekarang, masih belum juga menikah. Saya pun mengikuti nasehat, obat patah hati ya jatuh cinta lagi. Tapi seluruhnya berujung dengan air mata. Dan kali ini saya tidak ingin melanggar janji hati untuk tidak pacaran sebelum menikah.
Sedih pasti tapi tidak harus meratapi nasib kan. Toh, untuk urusan rezeki, maut dan jodoh sudah ada yang mengaturnya. Semua catatan hidup sudah tertulis di Lauhul Mahfudz dan tidak akan tertukar.
Saya percaya Allah sedang mempersiapkan yang terbaik untuk saya, entah siapa dan kapan, yang pasti saya hanya akan menunggu hingga waktu itu tiba.
Sekarang saya hanya menikmati hidup yang hanya satu kali ini dengan sebaik-baiknya. Berusaha memperbaiki diri menjadi muslimah terbaik, anak sholehah untuk ayah ibu, manusia yang bermanfaat bagi banyak orang dan memberikan kebaikan untuk sesama.
*TentangHati