Uncategorized

Ibu dan Hari Ibu

Visits: 192

Pernah melihat adegan Baim , artis cilik yang bermain dalam Catatan Harian Baim, disitu ada satu adegan yang membuatku tersentuh. Ketika Inneke Koesherawati ( Sang Ibu Baim ) menanyakan kenapa Baim tidur di ujung kakinya. Baim berkata ingin dekat dengan surga karena surga ada di telapak kaki ibu.

Luar biasa… setiap melihat adegan itu, air mata ini langsung menetes, entah karena tersentuh atau karena benar  – benar ingin merasakan surga dengan membahagiakan Ibu.

Betapa pengorbanan Ibu yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, membesarkanku dan ketiga adikku,  mendidik hingga kami bisa menjadi seperti saat ini.  Bahkan merawat kami tidak hanya di kala sehat tapi juga di kala sakit.

Tak ada hari tanpa Ibu, sejak bangun tidur, merasakan nikmatnya sarapan yang dibuat oleh Ibu. Bahkan sejak kecil kami tidak dibiasakan untuk jajan, Ibu selalu memasak makanan untuk kami, membuat kue dan aneka panganan. Ibu begitu memperhatikan gizi kami.

Ya Allah … hal itu baru bisa kurasakan manfaatnya saat ini, dan bisa melihat nilai kebaikan, kami tidak jajan sembarangan. Begitupun untuk sekolah, Ibu selalu mengiringi kami.

Adakah yang spesial di Hari Ibu setiap 22 Desember dengan  dengan menjadikan Ibu sebagai Ratu, membebaskannya dari tugas utama sehari-hari memasak, mengasuh anak, dan urusan rumah tangga lainnya. Tapi, apakah hanya hari itu Ibu wajib diperlakukan istimewa?

Selayaknya kita memperlakukan Ibu dengan istimewa setiap hari, Islam  tanpa mengenal hari tertentu, mewajibkan setiap anak selalu mengistimewakan seorang Ibu.

Rasulullãh pernah bersabda, ”seandainya kita diberi kemampuan membayar setiap tetes ASI, tidak akan ada seorang pun yang dapat melunasi jasa Ibu seumur hidup kita”.

Allãh berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’,” (QS al-Isrã’ [17]: 23-24). Amin.

Seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata, “Wahai Nabi Allãh! Saya muda dan kuat, siap bertindak dan berbakti, dan ingin sekali pergi ke medan jihad untuk kemajuan Islam! Tetapi Ibu saya tidak membiarkan saya meninggalkannya untuk pergi berperang.” Nabi yang mulia bersabda, “Pergilah, tinggallah bersama Ibumu. Saya bersumpah kepada Tuhan yang memilih saya sebagai Nabi, bahwa pahala yang engkau dapatkan untuk melayaninya meskipun hanya semalam, dan membahagiakannya dengan kehadiranmu, jauh lebih besar daripada pahala perang jihad selama satu tahun.”

Seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata, “Wahai Nabi Allãh! Tunjuki saya, kepada siapa saya mesti berbuat baik untuk mendapatkan manfaat yang sempurna atas amal kebajikan saya?” Beliau bersabda, “Berbuat baiklah kepada Ibumu.” Lelaki itu bertanya dua kali lagi, Beliau menjawab dua kali, ”Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi untuk yang keempat kalinya, ”Dan sesudah Beliau?” Nabi menjawab, “Kepada Ayahmu.”

Semoga niat menghajikan Ibu bisa segera terlaksana untuk memberikan kebahagiaan kepada beliau, karena Ibu sangat istimewa. Selamat Hari Ibu.

TV journalist, traveler, writer, blogger, taekwondo-in and volunteer. Bookworm, coffee addict, chocolate and ice cream lovers

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Translate »
HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com