Review,  Review Film

Review Film Negeri 5 Menara

Visits: 1257

Review Film Negeri 5 Menara

Rasanya penasaran sekali untuk menonton hasil karya film Negeri 5 Menara. Pasalnya dari sebuah novel yang fenomenal, tentunya banyak ekspektasi yang diharapkan dari film dari novel karya A. Fuadi tersebut.

Tentunya ada beban berat dari sang Sutradara bagaimana mengadaptasikan sebuah novel menjadi sebuah film yang bermutu dan berkualitas.

Film ini bercerita tentang Alif yang baru saja tamat SMP dan melanjutkan pendidikan ke Pondok Madani karena mengikuti kemauan Amaknya. Mimpinya ke ITB dan menjadi seperti BJ Habibie pun tidak terwujud.

Perjuangannya dimulai sejak masuk ke Pondok Madani, bertemu dan bersahabat dengan Baso dari Gowa, Atang dari Bandung, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, dan Dulmajid dari Madura.  Karena sering berkumpul di bawah menara masjid, mereka pun menamakan sebagai Sahibul Menara, alias Pemilik menara.

“Man Jadda Wajada” yaitu barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Kata-kata sakti yang diucapkan Ustad Salman, guru di pondok pesantren itu menginspirasi Alif dan teman-temannya di kelas hari pertamanya. Keenam sahabat ini memiliki impian masing-masing dan bertekad meraihnya.

Selain itu Pondok Madani juga mengajarkan “man shabara zhafira” siapa yang bersabar akan beruntung. Mantera itupun merasuk ke hati Alif untuk menjadi yang terbaik dan membuktikan kepada Amaknya.

Pondok Madani pun berhasil mencetak insan yang sukses dalam kehidupannya. Film ini berakhir dengan pertemuan Alif, Raja dan Atang di Trafalgar Square, London sambil meneriakkan “Man Jadda Wajadda” .

Usai menonton bersama mbak Itikkecil dan Indah, saya sempat protes kenapa film ini begitu datar, tidak seperti novelnya yang begitu heroik. Awalnya saya mengharapkan film ini bisa menampilkan sisi heroik seorang Alif, namun hal itu terlihat biasa dan datar saja.

Film ini didukung oleh banyak pemain hebat sebut saja ada Ikang Fauzi, Lulu Tobing, Donny Alviansyah, maupun Andhika Pratama.

Meskipun demikian, saya salut dengan pengambilan gambar  yang bagus. Apalagi syuting film ini dilaksanakan di 4 tempat mulai dari  Pondok Modern Gontor, Danau Maninjau Sumatera Barat, Bandung dan terakhir di London, Inggris.

Beruntungnya pesan dari film ini bisa disampaikan dengan baik. Film tentang impian, persahabatan ini layak ditonton bersama keluarga, teman, sahabat dan anak-anak sekitar kita.

TV journalist, traveler, writer, blogger, taekwondo-in and volunteer. Bookworm, coffee addict, chocolate and ice cream lovers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Translate »
HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com