Review,  Review Buku

Ketika Cinta Berbuah Surga

Visits: 739

Postingan ini sempat tertunda beberapa kali, tapi akhirnya terposting juga. Buku Ketika Cinta Berbuah Surga karya Habiburrahman El Shirazy ini merupakan incaran sejak pertengahan tahun kemarin, dan baru akhir tahun 2009 masuk kembali setelah sebelumnya habis.

Didalamnya terdapat beragam kisah inspiratif yang kupikir inilah dongeng sebelum tidur akan kuceritakan pada anakku nanti… Amien… :D.

Pada cerita kedua aku tersentuh sekali dan sangat membekas di hati dengan sub-judul “Kalimat Pengusir Maksiat” akhirnya kalimat ini akan terus kuamalkan hingga akhir hayat 😀 Kisahnya seperti di bawah ini .

Seorang Ulama terkemuka, Imam Sahl bin Abdullah Al-Tastari menuturkan kisah dirinya, “Ketika berumur tiga tahun, aku ikut pamanku yaitu Muhammad bin Sanwar untuk melakukan qiyamullail. Aku melihat cara shalat pamanku dan aku meniru gerakannya.

Suatu hari, paman berkata kepadaku, ‘Apakah kau mengingat Allah, yang menciptakanmu?’

Aku menukas, ‘Bagaimana caranya aku mengingatnya?’

Beliau menjawab, ‘Anakku, jika kau berganti pakaian dan ketika hendak tidur, katakanlah tiga kali dalam hatimu, tanpa menggerakkan lisanmu, ‘Allahu ma’i… Allahu naadhiri… Allahu syaahidi!’ (Artinya, Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan aku!).

Aku menghafalkan kalimat itu, lalu mengucapkannya bermalam-malam. Kemudian, aku menceritakan hal ini kepada paman.

Pamanku berkata, ‘Mulai sekarang, capkan zikir itu sepuluh kali setiap malam.’

Aku melakukannya, aku resapi maknanya, dan aku merasakan ada kenikmatan dalam hatiku. Pikiran terasa terang. Aku merasa senantiasa bersama Allah Swt.

Satu tahun setelah itu, paman berkata, ‘Jagalah apa yang aku ajarkan kepadamu, dan langgengkanlah sampai kau masuk kubur. Zikir itu akan bermanfaat bagimu di dunia dan di akhirat.’

Lalu, pamanku berkata, ‘Hai Sahl, orang yang merasa selalu disertai Allah, dilihat Allah, dan disaksikan Allah, akankah dia melakukan maksiat?’

Kalimat Allahu ma’i. Allahu naadhiri. Allahu syaahidi! sangat terkenal di kalangan ulama arif billah. Bahkan, Syeikh Al-Azhar; Imam Abdul Halim Mahmud, yang dikenal sebagai ulama yang arif billahmenganjurkan kepada kaum Muslimin untuk menancapkan kalimat ini di dalam hati. Maknanya yang dahsyat, jika dihayati dengan sungguh-sungguh, akan mendatangkan rasa ma’iyatullah (selalu merasa disertai, dilihat, dan disaksikan olehAllah Swt, di mana dan kapan saja).

Pada akhirnya, rasa ini akan menumbuhkan takwa yang tinggi kepada Allah Swt. Kalau sudah begitu, apakah orang yang merasa selalu disertai, dilihat, dan disaksikan Allah akan melakukan maksiat?.

Sumber: Habiburrahman El Shirazy (Ketika Cinta Berbuah Surga)

TV journalist, traveler, writer, blogger, taekwondo-in and volunteer. Bookworm, coffee addict, chocolate and ice cream lovers

15 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Translate »
HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com